Arsip Blog

Senin, 14 Mei 2012

hasil wawancara dalam dialog dan narasi


                                Almadinda Violita Sarajivo
                                                                             05/X7

Hasil wawancara dalam bentuk dialog

Tema                                     : Perpustakaan kota sudah mulai berkembang di Kota Surabaya
Narasumber                       : Dra. Aditya Perda (Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kota          Surabaya
Waktu                                   : 12.00 WIB
Tempat                                : Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Daftar Pertanyaan           :

Saya                                       : “Selamat siang”
Narasumber                       : “Selamat siang juga. Ada yang bisa saya bantu?”
Saya                                       : “Saya ingin mewawancarai anda. Apakah anda bersedia?”
Narasumber                       : “Saya bersedia”
Saya                                       : “Perkenalkan nama saya Almadinda Violita Sarajivo. Saya siswi dari SMAN 16 Surabaya. Saya ingin mewawancari anda tentang Perpustakaan kota sudah mulai berkembang di Kota Surabaya. Saya mulai pertanyaan pertama. Bagaimana keadaan perpustakaan kota di Surabaya?”
Narasumber                       : “Lebih maju. Kualitas dan kuantitasnya sudah mulai diperbaiki. Koleksi-koleksi bukunya pun saat ini sudah mengikuti perkembangan jaman.”
Saya                                       : “Sebenarnya seberapa penting perbaikan kualitas dan kuantitasnya?”
Narasumber                       : “Bagi perpustakaan yang benar-benar berorientasi pada pendidikan sangat penting. Ini untuk mendorong minat baca masyarakat.”
Saya                                       : “Apa mayoritas buku yang menarik minat baca masyarakat?”
Narasumber                       : “Yang saya ketahui masyarakat, terutama generasi muda lebih berminat pada komik.”
Saya                                       : “Mengapa komik menjadi penarik minat pertama bagi para pembaca?”
Narasumber                       : “Karena berhubungan dengan orientasi pendidikan sekarang yang dirasa membosankan. Jadi pendidikan saat ini seharusnya tidak sekedar mencari pengetahuan semata, namun juga meningkatkan minat baca>”
Saya                                       : “Sejak kapan komik menjadi peminat/penarik utama baca masyarakat?”
Narasumber                       : “Sejak tahun 1990an mungkin sudah menarik minat masyarakat, namun tidak sebanyak masyarakat sekarang.”
Saya                                       : “Siapakah yang seharusnya bertanggung jawab untuk mengubah minat baca dari komik ke bukku pengetahuan?”
Narasumber                       : “Pihak keluargalah yang utama dan selanjutnya adlah pihak guru di sekolah.”
Saya                                       : “Di lingkungan manakah anak pertama kali terpengaruh untuk lebih menyenangi komik daripada buku pengetahuan?”
Narasumber                       : “Di lingkungan keluarga. Anak lebih sering di suguhi buku bergambar seri tanpa ada unsure pendidikan. Jadi anak terbiasa untuk membaca buku-buku bergambar hingga dia memasuki SD, SMP, SMA, bahkan ketikan sang anak sudaj dewasa.”
Saya                                       : “saya rasa hanya itu yang saya ingin tanyakan. Terima kasih atas waktu luangnya. Saya pamit dahulu. Selamat siang.”
Narasumber                       : “Selamat siang juga.”














Hasil wawancara dalam bentuk narasi :

                Perpustakaan Kota adalah suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematik dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya yang terletak di pusat kota. Perpustakaan kota juga memiliki fungsi umum yang sama dengan perpustakaan biasa, yaitu fungsi penyimpanan. Fungsi informasi. Fungsi pendidikan. Fungsi rekreasi (novel, cerita rakyat, puisi, komik, karya sastra lainnya). Fungsi kultural (pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, dll). Susuai dengan fungsinya, perpustakaan kota yang ada di Surabaya ini, ingin memperbaiki kualitas dan kuantitas perpustakaan itu sendiri. Tentunya hal yang tak kalah pentingnya adalah memperbanyak buku reverensi maupun pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang. Perbaikan kualitas dan kuantitas ini sangat penting sekali bagi perpustakaan yang benar-benar berorientasi pada pendidikan karena dinilai dapat mendorong minat baca masyarakat.
                Sayangnya, pada abad ini masyarakat khususnya generasi muda lebih mengandrungi komik daripada buku pengetahuan atau reverensi sehingga komik menjadi jawara penarik minat utama membaca di perpustakaan kota. Hal ini di latar belakangi oleh orientasi pendidikan sekarang yang dirasa membosankan, sehingga mengurangi minat baca. Sebenarnya hal ini sudah terjadi sejak tahun 90an, namun frekuansinya tidak seover sekarang.
                Asal mula kegandrungan membaca komik berawal dari system didik keluarga yang kurang tepat dan efisien. Seperti memberikan buku bergambar tokoh pahlawan atau kartoon tanpa ada tambahan pendidikan didalamnya. 
                Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua wajib memberikan unsur pendidikan kedalam buku bergambar milik putra-putrinya. Selain itu penulis buku dan institute pendidikan juga ambil alih dalam mengatasi masalah ini. Penulis buku wajib meningkatkan kreativitasnya, sehingga pembaca tidak mudah bosan untuk membacanya. Sedangkan institute pendidikan berkewajiban untuk mengganti orientasi belajar yang pasif dan membosankan menjadi orientasi belajar aktif dan menyenangkan. Sehingga dapat menciptakan suasana KBM (kegiatan belajar mengajar) yang kondusif.
               



1 komentar: